Inilah kisah saya. Selepas SMA, saya kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN Yogyakarta. Di kota inilah saya diubahkan. Tahun 1990, tepat dua hari sebelum natal seorang teman datang dan menceritakan bagaimana Yesus telah mati untuk menebus dosa manusia. Singkat kata, saya menerima kelahiran baru, mengundang Yesus menjadi Juru Selamat secara pribadi. Sukacita dan damai sejahtera memenuhi hatiku karena saya telah memiliki kepastian akan keselamatan. Semenjak itu saya mulai belajar berdoa dan membaca Firman Allah. Saya mulai dimuridkan dan tertanam di dalam jemaat lokal. Sungguh ini merupakan awal kehidupan yang baru di kota gudeg. Sesuatu yang tidak pernah terbayang di dalam benakku. Namun itulah misteri rencana Ilahi yang begitu mempesona. Di waktu-waktu inilah nilai-nilai luhur kekristenan di tanam dalam hatiku oleh seorang yang kusebut kakak pembina.
Tonggak Bersejarah
Salah satu nilai luhur yang ditanamkan oleh pembinaku adalah: setiap orang harus dibina dan membina. Itu berarti setiap kita harus bertumbuh mengambil tanggungjawab kepemimpinan. Bagi saya, mengambil tanggung jawab sebagai pemimpin bukanlah hal yang mudah karena saya berpikir bahwa kepemimpinan itu hanya diperuntukkan untuk orang-orang yang dikaruniai dan dilahirkan sebagai pemimpin. Pemikiran ini selama bertahun-tahun membelenggu dan mematikan potensi saya untuk mengambil tanggung jawab dalam hal kepemimpinan. Kata kepemimpinan buat adalah kosa kata asing bagi saya, sehingga saya cenderung menjauhinya. “Saya tidak dilahirkan sebagai pemimpin” demikianlah kepercayaan yang salah di pikiran dan hati saya selama bertahun-tahun lamanya. Hal itu membuat saya selalu menghindar dengan berbagai macam dalih. Tatkala ada kesempatan untuk mengambil tanggung jawab dalam kepemimpinan di hati saya muncul “Janganlah! Akh tidak. Saya tidak bisa… Pasti bukan saya!… Apa saya mampu?… Saya kan tidak dilahirkan sebagai pemimpin… Masih banyak orang yang lebih mampu daripada saya… Malu rasanya kalau saya ambil tanggung jawab ini.”
Suatu saat Allah menyingkapkan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin. Kepemimpinan bukan hanya milik orang-orang yang dikaruniai sebagai seorang pemimpin. Bukan hanya milik orang yang berkepribadian Kholerik atau Dominan. Kepemimpinan bukan hanya milik orang-orang tertentu karena kepemimpinan bukan masalah kelahiran, tapi kepemimpinan berbicara tentang bagaimana diri kita mau mengembangkan diri terhadap tanggung jawab yang Tuhan beri. Hal ini semakin diteguhkan tatkala saya menemukan sebuah buku yang menuliskan seperti ini: “Kepemimpinan bisa dikembangkan, bukan ditemukan. Pemimpin yang dilahirkan memang akan selalu ada; namun supaya bisa tetap tinggal di puncak, ciri khas kepemimpinan yang alami harus dikembangkan.”
Pewahyuan akan kebenaran bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin itulah yang akhirnya memerdekakan. Dengan “pede” saya mulai berani mengambil tanggung jawab kepemimpinan, dengan menjadi pemimpin atas 2 orang. Setahun kemudian, Tuhan mempercayakan kepemimpinan yang lebih luas lagi. Tuhan percayakan saya sebagai pemimpin divisi doa mahasiswa, dan sampai saat ini Tuhan mempercayakan beberapa area untuk saya pimpin.
Saya percaya, Tuhan menciptakan kita untuk melakukan perkara-perkara yang besar. Dialah yang membentuk, mengenal, menguduskan dan menetapkan kita untuk suatu tujuan seperti yang Yeremia 1:5 tuliskan dengan jelas bahwa “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.”
Ulangan 28: 13 – Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan ekor, artinya kita dipanggil untuk menjadi pemimpin. Jadi, kejarlah rencana Allah itu dan hiduplah di dalamnya. Kepemimpinan adalah Panggilan Sorgawi yang layak dikejar dan diperjuangkan. Sama seperti Paulus mengejar dan berlari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus (Filipi 3:14). Kepemimpinan adalah menyatakan tentang panggilan kasih karunia Allah yang dinyatakan dalam hidup kita (Galatia 1:15-16).
Itulah yang dia perjuangkan setelah ia mengalami kelahiran baru. Dia mengerti bahwa setelah lahir baru, lahirlah juga tanggung jawab kepemimpinan dalam hidup kita yang bertujuan membawa orang-orang yang kita pimpin masuk dalam Pengenalan akan Kristus. Kepemimpinan menjadi gaya hidup kekristenan yang normal dan menggairahkan.
Dapat disimpulkan bahwa, Tuhan sedang bawa kita menjadi pemimpin yang sukses yang berjuang untuk:
- Menjadi bapa bagi generasi ini.
- Mengerti dan mengambil tanggung jawab utama sebagai pemimpin muda.
- Hidup dalam nilai-nilai luhur seorang pemimpin muda.
- Mempraktekkan prinsip hidup yang efektif bagi lahirnya pemimpin baru.
Keahlian kepemimpinan bisa dipelajari dan bisa dikembangkan. Kita memiliki kesempatan yang sama untuk mengambil tanggung jawab di dalam kepemimpinan. Biarlah tulisan-tulisan ini menjadi inspirasi bagi anak muda Kristen untuk hidup di dalam rencananNya, kerinduanNya, dan panggilanNya setelah ia mengalami kelahiran baru, yaitu untuk menjadi pemimpin baru bagi generasinya.