Rangkuman hasil diskusi keberhasilan pelayanan

Tanggal 29 Agustus 2001

Pendahuluan:

Keberhasilan dan kesuksesan menjadi impian setiap orang. Setiap hamba Tuhanpun tentu  juga ingin sukses dalam hidup dan pelayanannya. Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah kriteria kesuksesan itu? Apakah ukuran bagi seseorang hamba Tuhan agar dia disebut sukses dalam pelayanannya? 

Secara umum, disadari atau tidak, kesuksesan seringkali diukur dari materi dan hal-hal yang nampak. Seseorang disebut sukses, dan disebut ‘sudah jadi orang’ bila dia menjadi orang yang mampu secara keuangan. Demikian pula seorang hamba Tuhan seringkali disebut sukses bila mempunyai gedung gereja yang megah dan indah, sering bepergian ke luar negeri, jemaatnya banyak, dan tentu saja …… duitnya banyak! 

Hal seperti ini nampaknya belum banyak dibicarakan secara terbuka dan mendalam. Namun itu tidak berarti bahwa kita tidak dipengaruhi olehnya. Ada kemungkinan, tanpa kita sadari betul, ukuran kesuksesan untuk dunia kita terapkan pula pada diri kita semua sebagai pelayan dan hamba Tuhan. Mungkin saja ada sementara hamba Tuhan  yang frustrasi, karena merasa tidak mampu menjadi seperti hamba-hamba Tuhan yang ‘sukses’ itu. Barangkali mereka menganggap diri mereka sebagai hamba Tuhan kelas dua atau  bahkan kelas tiga, sedangkan para hamba Tuhan ‘besar’ itu adalah hamba Tuhan kelas satu.  

Diskusi kali ini bertujuan untuk menemukan kriteria kesuksesan yang hakiki bagi seorang pelayan Tuhan. Hasilnya mungkin belum sempurna. Tetapi kami berharap bahwa pemikiran yang dihasilkan dapat diterima sebagai wacana, yang perlu direnungkan dan didoakan oleh setiap hamba Tuhan, agar diperoleh suatu kebenaran sejati.

Hasil diskusi

Dari hasil diskusi, didapatkan beberapa kriteria keberhasilan dalam pelayanan. Berikut ini kami sajikan kriteria-kriteria tersebut:

  1. Seorang pelayan Tuhan disebut berhasil bila dia hidup dalam tujuan Allah atau rencana Allah

Kita harus menyadari bahwa Allah memiliki suatu rencana yang khas bagi setiap individu maupun bagi setiap jemaat lokal. Artinya setiap individu adalah unik, tak ada pribadi lain yang serupa dengan dia. Bagi setiap individu ini, Tuhan memiliki rencana yang unik pula. Keberhasilan seorang individu di mata Allah adalah menjadi diri sendiri, yaitu menjadi pribadi yang  hidup dalam rencana Allah bagi dirinya.

Seseorang yang kaya mungkin berhasil dimata dunia, tetapi belum tentu berhasil di mata Allah. Ingat tentang perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus (Luk 16:19-31), dan tentang orang muda yang kaya (Mat 19:16-22). Bagi kitapun, kita akan menganggap mereka adalah orang yang gagal, karena mereka tidak diselamatkan. Kehinaan dan kematian kekal menanti mereka! 

Hal yang sama kita dapat lihat jemaat kita. Setiap jemaat lokal adalah unik Tuhan juga menetapkan rencana yang khusus pada setiap jemaat lokal. Kemampuan mengumpulkan duit yang banyak belum tentu merupakan suatu keberhasilan di  mata Allah. Sangat boleh jadi itu merupakan kegagalan. Sebaliknya, suatu jemaat, yang tidak mempunyai uang berlebih, hanya memiliki gedung gereja yang sederhana, mungkin saja jemaat itu merupakan jemaat yang sangat berhasil, dan mendapat upah yang besar dari Bapa di surga, karena jemaat itu hidup dalam rencana Allah sepenuhnya. 

Karena rencana Allah itu unik, maka kita tidak dapat menghakimi seseorang dari apa yang nampak. Jemaat  di kota besar yang berkelimpahan dengan uang, tidak dapat memegahkan diri dan bersikap sok terhadap jemaat di pedalamanan yang hidup bersahaja. Demikian pula sebaliknya. Kelimpahan dengan uang tidak selalu berarti berkat dari Tuhan, dan  penderitaan tidak mesti berarti kutuk. Uang dapat menjadi berhala, sebaliknya menderita bagi kristus boleh jadi merupakan kasih karunia dan kehormatan orang percaya.  Dipenjara karena Kristus, merupakan fasilitas hotel bintang limanya orang yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan. Mati sebagai martir, bila itu adalah rencana Tuhan, merupakan kehormatan luar biasa, dan menjadi kerinduan bagi setiap saksi Kristus.

Namun penderitaan dapat menjadi tanda kurang hikmat dan kurang iman. Jelas dalam hal-hal tertentu Tuhan ingin sebagian dari kita untuk hidup dalam kelimpahan uang. Namun tujuannya bukanlah untuk memuaskan nafsu hendonik kita. Uang diberikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan Allah. Melayani kaum usahawan di kota-kota besar, tentu membutuhkan sarana yang berbeda dengan melayani anak-anak jalanan. Bukan karena Tuhan pilih kasih, atau yang satu lebih istimewa dari yang lain, melainkan karena kebutuhan dan konteks. Pekerjaan Tuhan dalam menjangkau orang yang  belum percaya juga membutuhkan dana yang tidak sedikit. Namun jelas, menjadikan uang lebih dari sekedar sarana atau alat, akan membuat kita tersesat dan terjebak dalam akar dari segala kejahatan, yaitu cinta uang.

  1. Seorang pelayan Tuhan disebut berhasil bila hidupnya membawa dampak positif bagi lingkungannya.

Kriteria lainnya adalah dampak. Seberapa besar dampak orang percaya tersebut bagi lingkungan sekitarnya? Seberapapun megahnya suatu bangunan gedung gereja, namun bila jemaat tersebut ternyata tidak membawa dampak apa-apa bagi orang belum percaya di sekitarnya, jangan terlalu cepat menepuk dada. 

Ibu Teresa almarhum bekerja di tengah orang-orang miskin dan papa di jalan-jalan Calcutta, India. Kerjanya yang tanpa pamrih dan tidak mengenal lelah menimbulkan harapan bagi ribuan orang-orang yang menanti ajal tanpa pengharapan. Dampaknya demikian besar, sehingga gemanya sampai ke seluruh dunia. Tidak heran dia menerima penghargaan Nobel. Siapapun akan mengakui, bahwa ibu Teresa adalah orang yang berhasil dalam hidupnya.

Namun kita harus mengerti, bahwa dampak tidak dapat diukur hanya dengan sesuatu yang nampak. Seorang hamba Tuhan yang bekerja dengan keras di suatu daerah yang belum mengenal Tuhan sama sekali, bahkan didaerah yang menolak kristus, setelah 5 tahun bekerja mungkin ‘hanya’ berhasil memenangkan 10 orang untuk percaya kepada Yesus. Gagalkah dia? Belum tentu. Menilai keberhasilan secara kasar seperti itu sungguh menyesatkan. Sangat mungkin, hamba Tuhan ini adalah hamba Tuhan yang mendapat kasih karunia untuk menabur. Dia membuat orang orang lebih dekat kepada kristus, walaupun belum sampai pada tahap lahir baru. Dari sikap menolak menjadi simpati adalah suatu kemajuan dan keberhasilan pelayanan. Barangkali hamba Tuhan berikutnya adalah seorang yang diberikan kasih karunia menuai. Genaplah firman Tuhan ini, ‘Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan’ (1Kor 3:6). 

  1. Seorang pelayan Tuhan yang berhasil,  hidup dengan sejahtera dan menyejahterakan lingkungannya.

Seorang hamba Tuhan yang berhasil adalah seorang yang berhasil mengusahakan kesejahteraan bagi dirinya sendiri dan bagi sekitarnya. Yang dikemukakan disini adalah suatu prinsip umum, karena pada situasi-situasi khusus Allah mengijinkan anak-anaknya mengalami kekurangan dan penderitaan. Namun pada umumnya, Allah memberkati anak-anakNya.  Dalam sejarah Kerajaan Allah, kebangunan rohani selalu diikuti dengan berkat yang melimpah. Kebangunan rohani di Almolonga merupakan contoh otentik di era moderen ini,  bagaimana berkat jasmani mengikuti kebangunan rohani.

Prinsip ini sejalan dengan firman Tuhan dalam Yeremia 29:7 ‘Usahakanlah kesejahteraan kota kemana kamu aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu’. Seorang hamba Tuhan haruslah menjadi saluran berkat dari Tuhan kepada lingkungan sekitarnya. Contoh yang lain adalah Yusuf, yang olehnya Potifar, raja Firaun, dan rakyat Mesir diberkati.

Namun harus dipahami bahwa yang dimaksud dengan sejahtera haruslah sesuai dengan konteksnya, yaitu pada masyarakat tersebut dan pada saat/waktu itu. Konsep sejahtera antara masyarakat satu tentu saja berbeda dengan masyarakat yang lain. Demikikan pula, perbedaan waktu akan membawa perbedaan konsep sejahtera ini.

  1. Seorang pelayan Tuhan disebut berhasil bila dia bertumbuh dalam segala hal menjadi semakin serupa dengan Kristus.

Keberhasilan adalah adanya pertumbuhan dalam segala hal ke arah Dia, yaitu kristus yang adalah kepala (Ef 4:15). Seseorang pelayan Tuhan dapat dikatakan berhasil dalam hidupnya bila dia semakin menampakkan Kristus dalam hidupnya. Kristus menjadi semakin besar, sedang dia sendiri semakin kecil. Setiap orang yang melihat dia akan mendapat gambaran mengenai Yesus itu sendiri.

Penutup

Dengan dirumuskannya kriteria kesukesan pelayanan ini, maka kita hendaklah bersikap kritis terhadap berbagai macam pengajaran. Kita tidak perlu meniru atau iri hati terhadap apa yang dicapai orang lain. Kita juga tidak usah merasa kecil hati, minder atau tertuduh. Tuhan menyediakan kasih karunia yang khusus buat setiap kita. Yang Tuhan mau adalah kita hidup dalam rencana Allah yang sudah Dia siapkan sebelumnya (Ef 2:10).

Keberhasilan mengandung pengertian hari ini. Seseorang tidak dapat membanggakan keberhasilan masa lalu. Setiap hari dia haruslah memastikan untuk hidup dalam rencana Allah. Itu adalah kesuksesan yang sejati.

Dirumuskan oleh Samuel Tioso

GKKD Yogyakarta