Pengayoman/Pembapaan

Masa-masa kini gereja Tuhan  merasakan kurangnya fungsi pembapaan baik dalam hubungan bapa anak dalam keluarga, maupun dalam hubungan kepemimpinan gereja dan Sinode. Bermunculan pengajaran-pengajaran tentang pembapaan yang memuat nilai-nilai Alkitabiah yang positif namun juga nilai yang berlebihan, dan tidak sesuai dengan prinsip Alkitab. Bahkan yang kadang kala kelihatannya baik, menarik, cara penyajian hebat namun secara perlahan-lahan meniadakan atau merendahkan kebenaran firman Tuhan yang lain, misalnya prinsip pembapaan yang secara halus meniadakan, merendahkan Gembala maupun Rasul.

PENGAYOMAN/PEMBAPAAN

  1.  Pendahuluan

Masa-masa kini gereja Tuhan  merasakan kurangnya fungsi pembapaan baik dalam hubungan bapa anak dalam keluarga, maupun dalam hubungan kepemimpinan gereja dan Sinode. Bermunculan pengajaran-pengajaran tentang pembapaan yang memuat nilai-nilai Alkitabiah yang positif namun juga nilai yang berlebihan, dan tidak sesuai dengan prinsip Alkitab. Bahkan yang kadang kala kelihatannya baik, menarik, cara penyajian hebat namun secara perlahan-lahan meniadakan atau merendahkan kebenaran firman Tuhan yang lain, misalnya prinsip pembapaan yang secara halus meniadakan, merendahkan Gembala maupun Rasul.

Sebagaimana firman Tuhan katakan segala sesuatu harus diuji (1 Tes 5:21) ujinya dengan Alkitab. Alkitab satu-satunya kitab yang isinya adalah kebenaran mutlak ,yang berasal dari Allah, berotoritas mengatur kehidupan manusia, tidak ada kesalahan sama sekali (inerrant) tidak ada kegagagalan sama sekali (infallible)(2 Tim 3:16, 2 Pet 1:20-21). Buku-buku lain termasuk pengajaran pembapaan sifatnya sebagai buku rohani, sebagai tafsiran, tambahan pemikiran kristiani yang isinya harus diuji dengan Alkitab, prinsip yang baik sesuai dengan Alkitab diterima, yang tidak sesuai dibuang. Kebenaran mutlak ada pada Alkitab, bukan manusia yang tidak sempurna, dan bisa salah, bukan  pemimpin atau bapa yang juga manusia.

Sebagai orang percaya yang dewasa, tekun merenungkan firman Tuhan, tidak terombang ambing oleh angin pengajaran, tetap terbuka terhadap nilai-nilai positif yang sesuai dengan firman Tuhan, tidak padamkan roh namun bisa dengan akurat meneliti, menguji dengan firman Tuhan (1 Tes 5:19-21), mengerti hal negatif yang tersembunyi, tidak sesuai dengan firman Tuhan dan secara halus membawa penyimpangan, prinsip yang baik: positif diambil, yang negatif dibuang

  1. Beberapa Kerancuan, Kesalahan dalam Pembapaan

Berikut ini akan diuraikan beberapa contoh kerancuan, kesalahan dalam Pembapaan :

2.1. “Pemulihan hati bapa” yang memulihkan hati banyak anak muda, bahkan hamba-hamba Tuhan yang masa lalunya mengalami hubungan yang  buruk dengan bapanya, sehingga kerapkali menghambat pertumbuhan rohaninya. Bayangan, kenangan, trauma bahkan kebencian terhadap bapa yang buruk sangat menggangu perkembangan rohani anak, setelah dewasa bahkan ketika menjadi hamba Tuhan. Dengan pengajaran ini anak diajarkan agar mengalami pemulihan dengan melepas pengampunan, mengasihi dan memberkati bapa mereka yang pernah menghancurkan hidup mereka sehingga mereka terlepas dari kehidupan yang penuh kekecewaan, kebencian dan bisa bertumbuh dengan normal dalam kehidupan rohani mereka.

Banyak orang diberkati melalui pengajaran tersebut, namun demikian ada juga hal yang berlebihan sehingga mengabaikan kebenaran Alkitab salah satu contoh tentang pengajaran “Pemulihan Hati Bapa”,  misalnya pendapat dibawah ini:

‘seolah-olah’ semua orang yang punya background bapa yang tidak baik pasti kehidupannya tidak benar meskipun sudah lahir baru, kalau tidak dilayani pemulihan hati bapa orang tidak mungkin bertumbuh.’

Tentu saja statement di atas tidak benar, banyak orang yang punya background demikian justru dibentuk sedemikian rupa sehingga mempunyai karakter yang hebat, menjadi orang-orang hebat, banyak pemimpin-pemimpin dunia, orang orang besar yang dilahirkan dengan background demikian, justru memacu, menjadi  pelatihan mental yang luar biasa bagi mereka untuk jadi orang besar. Pendapat di atas juga merendahkan kuasa Roh Kudus yang mampu mengubahkan secara luar biasa ketika orang bertobat menerima Tuhan Yesus mengalami perubahan luar biasa, mengalami pemulihan dalam berbagai aspek hidup termasuk pemulihan hati bapa. Alkitab menceritakan tentang Yefta yang dibuang oleh bapanya karena anak dari perempuan bangsa lain, namun menjadi salah satu Hakim Israel, pemimpin bangsa saat itu, Alkitab juga menceritakan tentang Yabes, yang juga punya latar belakang penolakan oleh ibunya, namun sangat berkenan kepada Tuhan lebih daripada saudara-saudaranya yang tidak mengalami penolakan

2.2. “Pembapaan bagi hamba Tuhan” yang mengajarkan perlunya seorang hamba Tuhan mempunyai bapa rohani yang memimpin, mengarahkan dan menetapkan destinynya karena mendengar suara Tuhan. Pendeta, Mentor (Pembimbing), Rasul, Pengajar, Ketua/Pimpinan Sinode, bukanlah  bapa rohani, [DR William Vun, “Dari Pementoran ke Pembapaan”, (Jakarta: Nafiri Gabriel,2008),42] Sinode atau organisasi bukan mentor (ibid,30). Bapa dianggap lebih dalam dari mentor, baik dalam otoritas rohani maupun dalam mengubahkan anak, oleh karena itu setiap hamba Tuhan perlu bergumul mendapatkan bapa rohani yang tepat. Anak rohani harus masuk dalam ikatan perjanjian dimana ia mentaati bapa rohaninya, memberi perpuluhan, bersedia didisiplindan diarahkan oleh bapa rohani tersebut sebagai orang yang dipercaya mampu mendengar suara Tuhan,  untuk memberi arahan destiny anaknya.

Jika diteliti pengajaran di atas ada beberapa hal yang salah bertentangan dengan nilai-nilai Alkitab, yang bisa mengaburkan dan merusakkan tatanan, jawatan dan kepemimpinan dalam gereja Tuhan yang ditetapkan Tuhan, yang diajarkan alkitab yaitu antara lain:

2.2.1  Jabatan/jawatan Bapa

Dengan adanya pengajaran setiap hamba Tuhan harus punya bapa rohani maka seolah-olah ada lembaga baru “Bapa” yang harus ditaati mutlak, yang mengarahkan dan menentukan destiny anaknya, lebih dari pada Rasul ataupun gembalanya.  Hal ini tidak sesuai dengan firman Tuhan, tidak menyatakan adanya jawatan Bapa dalam kepemimpinan rohani, jawatan Rasul, Nabi, Pengajar, Gembala dan Penginjil jelas disebutkan (Efesus 4:11). Alkitab juga lebih menggunakan kata murid sebagai sebutan bagi pengikut Tuhan yang berkualitas untuk meneruskan berita injil, bukan istilah anak rohani, tertulis dalam perintah yang sangat penting  dikenal sebagai amanat agung  yang diperintahkan menjelang kenaikan ke Surga (Matius 28:19-20).  Alkitab mengajarkan pentingnya hubungan bapa anak, hubungan antara Allah dan manusia seperti  digambarkan sebagai hubungan Bapa dan Anak, namun tidak melembagakan Bapa sebagai jawatan kepemimpinan yang menentukan destiny hamba-hamba Tuhan dibawahnya,  akan terjadi kekacauan dan kerancuan dengan jawatan yang sudah ditetapkan Tuhan seperti Gembala/Penatua/Pendeta untuk menggembalakan, mengarahkan umat Tuhan, atau Rasul yang mengarahkan para pemimpin/gembala penginjil untuk meletakkan dasar gereja, menyampaikan pewahyuan Allah yang akurat. Hubungan bapa anak harus ada dalam segala bentuk kepemimpinan gereja, namun bukan melembagakan jawatan bapa baru dan menganggap yang lain tidak ada hubungan bapa anak, itu salah besar dan tidak diajarkan Alkitab. Hubungan bapa anak harus ada dalam hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin, antara pembimbing/mentor dengan murid, antara gembala dan jemaat, antara Rasul (yang memimpin para pemimpin gereja) dan Penatua/Pemimpin gereja adalah hubungan Bapa dan Anak bukan antara bos dan bawahan.

Jika Rasul, Penatua/Pendeta, Pemimpin/Ketua yang seharusnya berfungsi sebagai bapa, tidak atau kurang berperan sebagai bapa bukan berarti harus ada jabatan baru Jawatan Bapa yang menggantikan Rasul, Pendeta, Pemimpin untuk memimpin jemaat, hal ini akan merusakkan tatanan kepemimpinan yang Alkitabiah. Yang harus dilakukan adalah pemulihan fungsi Bapa dalam jawatan kepemimpinan gereja tersebut.

2.2.2 Jabatan Bapa lebih tinggi dari pada jawatan Rasul, Nabi, Penatua/Pendeta/Gembala, Bapa dipercaya dapat suara Tuhan lebih dari yang lain, yang harus ditaati diikuti lebih daripada rasul, gembala, hal ini jelas tidak sesuai dengan firman Tuhan. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa jabatan Rasul merupakan jabatan yang tertinggi dan di tempat pertama dalam kepemimpinan gereja (1 Kor 12:28), yang melaluinya dasar gereja yang akurat diletakkan (Efesus 2:20), yang mendapat pewahyuan tentang gerejaNya di akhir jaman (Efesus 3:5), bukan Bapa.  Jabatan Rasul yang seharusnya di fungsikan oleh pimpinan Sinode/BPL  di GKKD, jika kurang berfungsi bukan berarti Alkitab meniadakan dan menggantikan dengan jabatan bapa

2.2.3  Mengarah Pada Satu Pemimpin, Tunggal Bapa dari  Para Pemimpin

Jika semua hamba Tuhan harus punya bapa dan taat kepada bapanya, maka kepemimpinan dalam gereja Tuhan menjurus ke satu pemimpin tunggal, mutlak yaitu bapa yang paling atas, bapanya para pemimpin, ini  tidak sesuai dengan kebenaran Alkitab. Hal ini akan mengulangi kesalahan gereja berabad-abad lalu yang menganggap kebenaran mutlak ada pada satu pemimpin yang dianggap utusan Tuhan. Prinsip inilah yang ditentang oleh Martin Luther yang dianggap pendiri Protestan, yang mengadakan reformasi gereja back to the bible, manusia, pemimpin bisa salah, bukan kebenaran mutlak,  kebenaran mutlak adalah “Alkitab” bukan bapa, bukan manusia, bukan rasul. Alkitab dalam kisah para rasul jelas menggambarkan bahwa kepemimpinan gereja universal tidak ada pemimpin tunggal, para rasul memimpin bersama meskipun ada beberapa rasul yang dihormati dan dituakan namun bukan pemimpin tunggal, rasul Petrus, Yohanes, Yakobus dan Paulus dituakan dan dihormati, namun tidak ada satu orang pemimpin tunggal yang memerintah. Dalam Kisah 15 para rasul bersidang, bertukar pikiran dalam takut akan Tuhan untuk mengambil satu keputusan besar. Setelah bersidang, bertukar pikiran dalam doa dan takut akan Tuhan dengan referens mutlak firman Tuhan (Kis 15:15-17) dan juga wahyu Tuhan kepada Petrus dan Paulus, mereka mengambil keputusan dan berkata: kami dan Roh Kudus memutuskan (Kis 15:25,28), kata “kami” menyatakan kepemimpinan bersama. Puji Tuhan Roh Kudus menghargai para rasul, pemimpin, menghargai tukar pikiran yang didasari firman Tuhan, wahyu yang diterima Petrus berani diuji oleh rasul lain diuji dengan firman Tuhan. Mereka mengakui mereka juga manusia yang terbatas, perlu pemimpin lain, kebenaran mutlak ada pada firman Tuhan, mereka bukan bapa atau pemimpin yang tahu segala sesuatu tentang anak/orang yang dipimpinnya, meskipun mereka terima banyak wahyu Tuhan, namun mereka juga bisa salah, hanya firman Tuhan kebenaran mutlak yang tidak ada kesalahan sama sekali dan yang tidak pernah gagal.

2.2.4  Patron Bapa Anak Patron Akurat

Pandangan bahwa Patron Bapa Anak adalah patron Alkitabiah yang berotoritas dalam kepemimpinan gereja adalah tidak sesuai dengan Alkitab, apalagi mengabaikan patron gereja perjanjian baru yang jelas-jelas tercantum dalam Alkitab dengan kepemimpinan kelima jawatan Gembala sebagai pemimpin gereja lokal, Rasul sebagai pemimpin beberapa gereja (seperti Sinode) maupun para Rasul sebagai sidang gereja tertinggi. Jika ada ketidaksesuaian fungsi dalam satu gereja dimana gembala kurang berfungsi bapa, maupun Sinode kurang fungsi bapa terhadap gembala-gembala bukan berarti patron Alkitab ditiadakan, diganti ke patron Bapa manusia teratas sebagai pemimpin yang berotoritas penuh terhadap anaknya lebih dari gembala dan rasul, benar-benar tidak sesuai dengan kebenaran Alkitab yang menyatakan bahwa kebenaran Alkitab mutlak, manusia/pemimpin/bapa bisa salah. Jika benar Patron Bapa anak sangat penting maka sebelum Yesus naik dia akan atur dan perintahkan semua rasul punya bapa rohani dan juga semua yang dibawah rasul di bapai oleh rasul, hal yang demikian tidak ada,  justru yang ditekankan jadikan segala bangsa murid bukan jadikan segala bangsa anak-anak rohani.

 

2.2.5  Bapa Yang Akurat

Hanya bapa rohani yang akurat ini pernyataan yang tidak sesuai dengan firman Tuhan, bapa bisa salah tidak selalu akurat kadang sedang sakit atau dalam kondisi tidak baik. Hal ini merendahkan jabatan nabi, tidak menghargai anggota Tubuh Kristus,Tuhan bisa gunakan nubuatan nabi, atau gunakan anggota Tubuh Kristus yang lain untuk menyampaikan pesan Tuhan yang akurat.  Kita melihat kepada Petrus yang adalah rasul atau bapa ia pun juga bisa tidak akurat, pernah ditegur Paulus karena bersikap kompromi karena takut dengan golongan Yakobus. Rasul Paulus pun juga tidak selalu akurat ketika memutuskan untuk tidak membawa Markus dalam pelayanan karena sudah meninggalkan pelayanan, hal ini menimbulkan perselisihan yang tajam dengan Barnabas (Kis 15:37-38) hal ini dianggap kurang akurat, atau tidak tepat oleh beberapa penafsir karena timbulnya perselisihan yang tajam dengan Barnabas, namun kelak ternyata Rasul Paulus memanggil Markus untuk melayani bersama (2 Tim 4:11, Kolose 4:10). Rasul Paulus dan Petrus tidak akurat meski rasul hanya manusia biasa di puncak pelayanan, bukan di awal pertumbuhan alami ketidak akuratan dalam sikap. Bahkan Rasul Paulus sendiri menekankan yang harus dipegang mutlak adalah kebenaran Alkitab, injil, bukan manusia atau bapa, siapa saja yang menyimpang dari kebenaran itu harus ditolak bahkan seandainya dirinya sendiri, malaikat sekalipun kalau memberitakan injil yang lain harus ditolak. Rasul Paulus dengan tegas menyatakan yang akurat mutlak Firman Tuhan, bukan dirinya.

 

2.2.6  Bapa memberi kata Destiny untuk Anaknya

Pengajaran pembapaan mengajarkan bahwa bapa  memberi kata “Destiny” yang spesifik untuk setiap anak, yang akan menentukan hidup anaknya di masa depan, yang membuat dia menjadi orang yang hebat mewarisi warisan rohani bapanya. Hal ini tidak mutlak selalu demikian, misalnya saja kita tidak melihat Tuhan Yesus mengucapkan kata destiny secara spesifik kepada satu persatu para rasul, ataupun rasul Paulus tidak menerima kata destiny apapun karena memang tidak jelas siapa bapanya, namun demikian mereka semua berhasil oleh anugerah Tuhan dalam pelayanan mereka dan mencapai garis akhir dengan baik. Terlalu berlebihan jika tanpa pembapaan, tanpa kata destiny hamba Tuhan tidak akan jadi  apa-apa, Kasih Kristus sangat cukup, Roh Kudus pengajar penolong yang luar biasa, kerap kali tanpa pembimbing, tanpa bapa rohani tanpa kata-kata destini bapa Tuhan Yesus mengubah orang dengan luar biasa. Pengajaran yang menyatakan bahwa bapa satu-satunya yang memberikan kata destiny merupakan hal yang tidak sesuai Alkitab, menyangkali jawatan nabi yang dapat dipakai Tuhan menyampaikan perkataan destiny/nubuatan, menyangkali anggota Tubuh Kristus yang lain.

 

2.2.7  Tidak Boleh Mendengar Pengajaran Yang Lain Kecuali Bapa/Se DNA

Hal ini jelas-jelas salah dan bertentangan dengan Alkitab, tidak percaya pada kebenaran Alkitab satu tubuh banyak  menjurus ke isolasi dari Tubuh Kristus yang lain sangat berbahaya dan dapat membuat orang tanpa sadar alami “brainwashing” (perkataan dusta yang disampaikan terus menerus, di doktrin terus menerus dapat lama kelamaaan di anggap kebenaran). Alkitab tidak mengajarkan demikian  Rasul Paulus, Yohanes, Petrus tidak melarang jemaat/anak rohaninya mendengar pengajaran rasul yang lain mereka bebas menyampaikan pesan Tuhan meskipun bapanya rasul yang lainnya. Tuhan Yesus ajarkan praduga tak bersalah kalau ada hamba Tuhan yang lain melakukan sesuatu untuk Tuhan Yesus dalam nama Tuhan Yesus jangan dihambat  (Lukas 9:49-50), kalau sudah jelas sesat dan bertentangan dengan injil Kristus di tolak sama sekali. Praduga curiga/bersalah meski mengajarkan tentang Tuhan  dicegah takut anak keracunan, tidak boleh didengar jelas ini bukan ajaran Tuhan Yesus. Kebenaran Kristus terlampau besar,  ajaib dan dahsyat untuk diam dalam satu orang/bapa, karena itu Kristus melengkapi  jemaat melalui 5 jawatan yaitu Rasul, Nabi, Pengajar, Gembala dan Penginjil, masing-masing jawatan pun bukan hanya satu orang tapi banyak orang  masing-masing rasul atau nabi punya karunia, kelebihan yang berbeda. Setiap kali saya ketemu hamba Tuhan selalu kagum dengan kelebihan-kelebihan yang berbeda yang Tuhan berikan, terlampau dalam hikmat Allah untuk dimiliki oleh hanya satu manusia, tidak ada super rasul atau super bapa, yang ada banyak  Rasul dengan karunia kerasulan yang berbeda. Ada yang beralasan supaya jangan sakit perut, atau makan racun karena jajan sembarangan tidak diijinkan dengar pengajaran hamba Tuhan yang lain. Rasanya alasan ini sangat tidak tepat karena toh anak rohani memang hidup di dunia dengan banyak pengaruh dan pengajaran yang ada di hadapannya seperti di sekolah ada dosen yang mengajar, lihat TV,  baca koran, bicara dengan klien atau bos, yang perlu diajarkan adalah bagaimana menguji semua kebenaran dengan alkitab sebagai satu-satunya buku yang akurat mutlak. Kalau betul mau diisolasi dari pengajaran hamba Tuhan yang lain lebih bahaya lagi pengajaran sekuler seperti koran, majalah, TV, Facebook dll itu semua harus lebih dilarang, karena lebih duniawi dan berbahaya.

 

III. Pembapaan Dalam Konteks Sinode GKKD

3.1. Pembapaan Sinode: BPL/BPH

Kepemimpinan gereja univesal seluruh dunia yang ideal seharusnya mengacu pada patron gereja perjanjian baru di kisah para rasul, dimana gereja di pimpin oleh para Rasul yang ditetapkan Tuhan, hanya satu Sinode tidak ada banyak Sinode, semua kepemimpinan gereja lokal menudukkan diri kepada para Rasul yang ditetapkan Tuhan.

Saat ini meskipun belum tercapai keadaan ideal kesatuan gereja yang am, namun kita sudah mencoba mendekati patron gereja yang ideal dengan menetapkan beberapa penatua/pendeta yang dituakan, yang dihormati sebagai BPL yang dianggap sebagai para rasul, memimpin Sinode secara keseluruhan, sambil terus mengusahakan terjadinya kesatuan gereja yang am melalui jaringan doa, transformation connection yang mencoba menyatukan gerakan transformasi seluruh gereja secara internasional. Jadi BPL yang berfungsi mirip dengan dewan rasul yang bersama sama bersidang menangkap pewahyuan Tuhan secara umum untuk Sinode GKKD, memutuskan masalah-masalah yang ada melalui sidang, pewahyuan dengan dasar mutlak firman Tuhan, bukan wahyu, bukan mufakat manusia/BPL

BPL yang ditetapkan untuk memimpin para pemimpin gereja lokal yang juga ditetapkan, menjadi bapa bagi para pemimpin gereja lokal, para pendeta/penatua. Meskipun Allah melengkapi gereja dengan pengajar-pengajar yang luar biasa, nabi-nabi dan lain-lain namun BPL yang ditetapkan Tuhan dalam lingkungan Sinode.

Untuk gereja perintisan atau pos PI pembapaan, pengayoman dilakukan oleh Pendeta/Penatua gereja yang mengutus.

 

3.2. Sinode GKKD Bukan Organisasi,  Tapi Covenant Gereja Tuhan

Jika Sinode GKKD hanya organisasi maka saya akan mengundurkan diri karena punya banyak hal yang Tuhan taruh di hati saya untuk dikerjakan baik secara pribadi maupun melalui gereja lokal yang Tuhan percayakan, rasanya perlu konsentrasikan segala usaha dana dan daya untuk sesuatu yang benar-benar spiritual dari Tuhan, tidak ada waktu untuk  berorganisasi. Namun kita bersama yakin bahwa Sinode GKKD adalah gereja perjanjian baru, wadah yang Tuhan sediakan untuk kita bersama masuk dalam covenant gereja yang kudus.

Dimulai dengan bapak kita Pendeta Simamora yang kita kasihi, beliau bergumul dalam doa di hadapan Tuhan menghadapi situasi pelayanan yang memerlukan wadah resmi yang diakui oleh pemerintah namun juga gereja yang sesuai dengan pola ilahi, lahirlah yayasan GKKD yang kemudian berubah menjadi Sinode GKKD.

Saya sendiri saat itu ada dalam wadah YPIB bersama Ferry Sihombing (†) sebagai Ketua Umum, saya Ketua Satu dan Robison Saragih Ketua Dua, meskipun wadah kami organisasi yayasan  namun kami merasa terpanggil dalam satu kelompok kesatuan gereja Tuhan untuk bersama bergerak dalam covenant, apapun namanya atau organisasinya tidak penting, namun kami telah masuk ke dalam satu kelompok  yang punya covenant bersatu, menundukkan diri untuk melakukan visi Tuhan. Kemudian Ketua Umum dibukakan Tuhan perlunya wadah organisasi gereja resmi, karena peraturan pemerintah dan juga pandangan jemaat yang memerlukan wadah gereja resmi yang diakui pemerintah. Setelah mencari  Tuhan, Ferry Sihombing (†) dan kami semua sepakat untuk bergabung dalam Sinode GKKD yang dipimpin pendeta Simamora, selama ini kami mendapatkan pembapaan dari bapak pendeta Simamora yang menguatkan kami dikala banyak tantangan dan gelombang yang kami alami Tuhan pakai pendeta Simamora untuk menjadi bapa menguatkan dan meneguhkan kami untuk terus maju mengerjakan pekerjaan pelayanan yang Tuhan percayakan, sehingga kami yakin GKKD lah wadah yang Tuhan tetapkan bagi kami. Sejak saat itu semua persekutuan pelayanan yang ada dibawah YPIB secara otomatis ada dibawah gereja lokal GKKD, menggambarkan bukan organisasi tapi kelompok orang atau organ yang utama, kami lebih banyak menggunakan organisasi GKKD dalam mengerjakan visi Tuhan. Kami semua menyadari GKKD bukan hanya sekedar organisasi, tapi wadah dimana kita punya covenant untuk bersehati bersatu menundukkan diri padaTuhan dan mengerjakan visi dan panggilan Tuhan. Lebih jauh lagi kami mewajibkan setiap anggota jemaat untuk belajar pelajaran KGL (Komitmen Gereja Lokal)  yang mengajarkan menjadi anggota jemaat bukan hanya masuk satu organisasi namun masuk dalam satu covenant untuk menundukkan diri bersedia didisiplin, bersedia diarahkan, bersedia memberikan perpuluhan bukan sebagai kewajiban organisasi namun karena firman Tuhan yang mengajarkan. Kita semua sudah sepakat Sinode GKKD bukan organisasi belaka tapi covenant gereja Tuhan.

Anggapan Sinode GKKD hanya organisasi, adalah penyangkalan terhadap covenant yang dibuat para pemimpin pelayanan pada saat bergabung ke GKKD, juga penyangkalan terhadap janji yang diucapkan dalam pelajaran KGL.

3.3. Pembapaan Jemaat Dalam Gereja Lokal GKKD

Sebagaimana Alkitab mengajarkan adanya pemimpin yang ditetapkan dalam gereja lokal yang disebut gembala atau pendeta atau penatua yang diberi tugas untuk menggembalakan, memberi makanan dan minuman rohani, membela, mengarahkan kejalan Tuhan, hidup dalam kebenaran dan kekudusan, mendisiplin untuk mengarahkan kejalan yang benar. GKKD juga menetapkan para Penatua atau Pendeta untuk memimpin jemaat gereja lokal. Meskipun ada pembimbing dalam pelayanan pemuridan, atau pemimpin pelayanan kelompok tumbuh, pemimpin wilayah dalam gereja lokal, yang berfungsi sebagai bapa atau pemimpin pelayanan, namun dalam gereja lokal harus menundukkan diri kepada pemimpin tertinggi di gereja lokal pendeta atau penatua.

Penetapan Penatua atau Pendeta dalam Sinode GKKD berdasarkan Alkitab, dalam kisah para rasul ( Kis 20:8) dikatakan oleh Rasul Paulus kamulah yang ditetapkan Roh Kudus untuk menggembalakan jemaat, penetapan Roh Kudus yang terlihat melalui buah pelayanan dan penghormatan jemaat  digunakan sebagai dasar untuk mentahbiskan Pendeta atau Penatua di Sinode GKKD. Penatua atau pendeta ini yang memimpin jemaat harus juga berfungsi sebagai bapa dalam menjalankan kepemimpinannya bukan sebagai bos yang memimpin anak buah.

Jemaat yang menetapkan orang lain sebagai bapa rohani yang berhak mengarahkan hidupnya, menyangkali penetapan Penatua/gembala yang ditetapkan Tuhan, menyangkali KGL( Komitmen Gereja Lokal ) membuat kerancuan berjemaat, disini ibadah tapi gembalanya disana.

Bagaimana jika gembala/penatuanya dipanggil Tuhan meninggal apakah jemaat bisa cari bapa lain diluar gereja lokal? Tentu saja tidak demikian karena bukan hanya penatua yang meninggal saja pimpinan di gereja lokal, ada pemimpin lain yang juga merupakan tim yang Tuhan tetapkan, ada penetapan Sinode untuk penggantinya, dialah gembala, bapa yang harus ditaati sebagai pengganti.

Bagaimana jika gembala tidak setia, pindah gereja, pindah Sinode apakah bisa ikut dia atau pindah bapa lain diluar gereja lokal? Tentu saja tidak kita tetap setia pada covenant gereja lokal yang Tuhan tetapkan dan digembalakan atau dibapai oleh pendeta yang Tuhan tetapkan di gereja lokal yang sama.

  1. PEMBAPAAN

Bapa adalah sesorang yang telah menempuh perjalanan hidup lebih dahulu dari pada anaknya, ia sudah mengalami banyak tantangan, kegagalan, dan keberhasilan. Namun bapa sendiri belum selesai, ia sedang menempuh perjalanan hidup yang ditentukan baginya.

Seorang bapa mempunyai peranan penting dalam kehidupan seorang anak, bapa berperan mulai dari memberikan benih yang kemudian menjadi janin, memberi  support kepada ibu ketika melahirkan, dalam mendidik dan melatih anak sampai menjadi dewasa jasmani dan rohani. Allah telah menetapkan proses kelahiran dan pertumbuhan anak menjadi dewasa dalam keluarga dalam pimpinan, tanggung jawab bapa.

Demikian juga peran seorang bapa rohani akan sangat membantu dan mempercepat pertumbuhan rohani anak menjadi orang Kristen yang dewasa.

Fungsi pembapaan rohani dilakukan oleh pembimbing PA/pemuridan pada muridnya, pemimpin persekutuan/komunitas rohani pada anggotanya, pendeta/penatua kepada jemaatnya, gembala/pendeta senior kepada rekan pendeta di wilayahnya atau Rasul/BPL/Pemimpin Sinode/Pemimpin Wilayah kepada para pemimpin gereja dibawah pengayomannya, atau dapat dilakukan oleh siapa saja yang melakukan kepemimpinan dalam gereja.

4.1. Fungsi Bapa :

l        Menuntun anak rohani untuk mengalami perjumpaan, persekutuan yang intim dengan Bapa yang sesungguhnya yang sempurna, Bapa di Surga.

l       Menuntun anak rohani  taat dan setia kepada kepemimpinan gereja lokal (Gembala,   Rasul/Pimpinan Sinode dan lain-lain) bukan pada diri bapa

Menuntun anak rohani agar menemukan visi atau destiny, panggilan Tuhan yang sempurna dalam hidupnya, bukan untuk memenuhi atau mendukung visi bapa rohaninya tetapi memenuhi panggilan Bapa di surga atas hidup anak rohani yang spesifik.

l        Menegur, mengarahkan dalam kasih jika anak rohani menyimpang, bahkan mendisiplin dalam kasih untuk kebaikan jika diperlukan.

l        Melatih anak rohani menjadi murid Kristus yang hidup dalam kebenaran, bekerja keras untuk Tuhan,  radikal dalam memberi hidup bagi Tuhan.

Berjaga-jaga secara aktif dalam mendoakan dan mengamati kehidupan anak rohani. Aktif, berinisiatif dalam membangun, memberi perhatian, dorongan, encouragement pada anak rohani, rutin menelpon, mengunjungi. Tidak hanya hal-hal rohani saja namun juga kebutuhan kehidupan sehari-hari, penghasilan, tempat tinggal dan lain-lain.

l        Ketika anak rohani sudah dewasa, cara pembapaan berbeda, lebih banyak berdiskusi dan bermitra dalam mengerjakan visi Tuhan.

4.2. Sikap, Karakter Bapa :

Agar proses pembapaan berjalan dengan baik dan efektif, seorang bapa harus mempunyai sikap, karakter yang membangun anak rohani dapat dijadikan teladan yaitu antara lain:

  • Pendengar yang baik: Rahasia konseling yang sukses adalah mendengar. Ketika bapa mendengar dengan baik, maka ia akan tahu dengan tepat isi hati  anak rohaninya dan dapat memberikan arahan yang tepat. Bahkan kerapkali dapat mengerti isi hati yang ada
  • Lemah lembut:  Bapa yang pemarah akan sulit berkomunikasi dengan anak rohani, cenderung hubungan yang ada akan seperti bos yang menuntut bawahan mencapai prestasi tertentu, hal ini seringkali membuat anak rohani menjadi takut, tidak berani terbuka dan sulit bertumbuh dengan baik. Jika bapa lemah lembut anak rohani akan merasa aman untuk mengutarakan perasaannya, kelemahannya yang perlu mendapat pertolongan
  • Rendah hati: Sikap sombong meninggikan diri  secara tidak langsung merendahkan orang lain, selalu mencari pujian untuk diri sendiri, sulit memuji orang lain. Padahal pujian akan prestasi kecil yang dicapai anak rohani akan sangat membangun dan mendorong anak rohani untuk bertumbuh.
  • Tidak egois, rela berkorban menyerahkan nyawa:  Seorang bapa sejati rela berkorban untuk anaknya, dia rela kerja keras untuk anaknya, dia rela kerja keras asalkan anaknya makan, sekolah.
  • Mental Hamba: Bos selalu ingin memerintah, menyuruh bawahan untuk kepentingannya, tapi hamba menggunakan seluruh tenaganya untuk kepentingan bos. Beberapa pendeta di daerah mengeluh ketika pemimpin Sinode/gereja pengayom datang mereka kerepotan dalam memenuhi permintaan bos yang datang. Hal ini mencerminkan bahwa pemimpin yang datang bukan mental hamba, dia datang bukan untuk melayani, tapi untuk dilayani. Jika datang sebagi hamba akan menerima fasilitas apa saja yg disediakan, sebaliknya memberi pelayanan, perhatian yang menyukakan pendeta di daerah

4.3. Tiga Hal Perlu Dilakukan Dalam Komunikasi Bapa VS Anak

Ada 3 hal yang penting dilakukan dalam mengembangkan komunikasi yang baik antara Bapa dan anak menurut M Russel Ballard  dalam artikel “Father and Sons: a Remarkable Relationships” dapat juga digunakan dalam hubungan bapa rohani dan anak rohani yaitu:

4.3.1. Tiga Hal Yang Dilakukan Anak

  • Berikan Kepercayaan Pada Bapa: Bapa mungkin tidak sempurna, namun ia mengasihi anaknya, dan menginginkan hal yang terbaik untuk anaknya. Berbicaralah kepada bapa, ceritakan pikiran dan perasaanmu, ceritakan mimpi dan kekuatiran. Makin banyak bapa tahu tentang anaknya, makin mudah mengerti tentang anaknya lebih dalam, dan makin dapat memberikan nasihat yang baik. Bapa yang dipercaya akan lebih bertanggung jawab, dia akan berusaha keras memenuhi harapan yang dipercayakan padanya
  • Sikap Senang dan Menghargai Bapa: Tanya tentang pekerjaannya, kesukaannya, pikirannya, visi hidupnya. Tanyakan bagaimana pengalaman pelayanannya ketika masih muda seperti anda, bagaimana mengatasi kesulitan yang ada. Dengan mengenal lebih dalam akan mempermudah mengerti tindakan tindakan bapa ketika bereaksi, ambil keputusan dalam satu situasi. Perhatikan bagaimana dia berinteraksi dengan orang lain, bagaimana ia melayani.
  • Minta Nasihat:  Meskipun tanpa diminta bapa akan beri nasihat, namun jika bapa diminta nasihat ia akan lebih bebas dan lebih baik dalam memberi nasihat. Hal ini menunjukkan penghormatan dan penghargaan pada bapa, pada pengalaman dan pengetahuannya dalam Tuhan. Ketika seorang nabi dihargai sebagai nabi, pengurapannya akan mengalir dengan  deras. Ketika bapa dihargai sebagai bapa maka pengurapan bapa akan mengalir memberkati dengan deras. Ketika Yesus tidak diakui di Nazaret sedikit mujizat yang dilakukannya, namun di tempat lain yang menghargai pengurapanNya mengalir dengan deras, kesembuhan, pelepasan, mujizat terjadi. Ketika Bapa dihargai maka dia akan dengan sukacita, bebas melepas, memberikan semua pelajaran, pengurapan yang Tuhan beri kepadanya.

4.3.2 Tiga Hal Yang Dilakukan Bapa

  • Mendengar: Bapa perlu mendengar anak dengan serius dengan segenap hati, tanyakan pertanyaan untuk memudahkan anak menyampaikan isi hati dan pikirannya. Bapa perlu mendengar bukan menerka jangan berasumsi  karena bapa pernah mengalami apa yang dialami anak. Bapa perlu mendengar dengan teliti, jangan memotong percakapan, jangan menghakimi  belajar mendengar dengan tenang dan teliti. Belajar bukan hanya  mendengar yang terucapkan namun tangkap isi hati yang tidak terucapkan. Temukan cara yang tepat untuk membuat anak mudah berkomunikasi menyampaikan isi hatinya, misalnya sambil makan bersama, olahraga yang disukai dan lain-lain.
  • Berdoa Dengan dan Untuk Anak: Doa melepaskan pengurapan yang ada pada bapa untuk memberkati anak, doa yang tekun akan melakukan perubahan besar dalam kehidupan anak.
  • Berani Membicarakan Hal Besar:  Kencendrungan bapa membicarakan hal-hal yang tidak menyinggung anaknya, tidak berani bicara hal-hal pribadi dosa dan kesalahan anak. Bapa yang baik berani bicarakan hal-hal penting, kesalahan dalam kehidupan pribadi dan pelayanan untuk mengarahkan anak dalam jalan yang benar.